Drever (dalam Jersild, 1978), menyatakan seks suatu perbedaan yang mendasar berhubungan dengan reproduksi, dalam satu jenis yang mambagi jenis ini menjadi dua bagian yaitu jantan dan betina yang mana sesuai dengan sperma (jantan) dan sel telur (betina) yang diproduksi. Schuster dan Ashburn (1980) menyatakan bahwa pengertian yang mendekati adalah berkaitan dengan konsep seksualitas yang melibatkan karakteristik dan perilaku merupakan perilaku seksual dengan kecenderungan pada interaksi heteroseksual. Seksualitas melibatkan secara total dari sikap-sikap, nilai-nilai, tujuan-tujuan dan perilaku individu yang didasari atau ditentukan persepsi jenis kelaminnya. Hal ini menunjukkan bahwa konsep seksualitas seseorang atau individu dipengaruhi oleh banyak aspek dalam kehidupan, termasuk didalamnya prioritas, aspirasi, pilihan kontak sosial, hubungan interpersonal, self evaluation, ekspresi emosi, perasaan, karir dan persahabatan.
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Menurut Johan (1993), ada beberapa tipe hubungan seksual yang dapat terjadi antara dua orang yang bersahabat yaitu :
(a). Tipe hubungan seks yang dapat terjadi antara seorang pria dengan pria lain (homoseksual); (b). Tipe hubungan seks yang dapat terjadi antara seorang wanita dengan wanita lain (lesbian); (c). Tipe hubungan seks seorang pria dengan seorang wanita.
Menurut Reuben (Wirawan, 1981) seks mempunyai fungsi :
(a). Seks untuk tujuan reproduksi, yaitu untuk memperoleh keturunan, oleh kerena itu sebagian orang beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang suci, sesuatu yang tabu dan tidak patut dibicarakan secara terbuka; (b). Seks untuk pernyataan cinta, yaitu seks yang dilakukan berlandaskan cinta dan didukung oleh ikatan cinta; (c). Seks untuk kesenangan yaitu hubungan seks dengan menghayati hubungan yang lama dan mampu mengalami kenikmatan tanpa merugikan salah satu pihak.
Hubungan seksual adalah suatu keadaan fisiologik yang menimbulkan kepuasan fisik, dimana keadaan ini merupakan respon dari bentuk perilaku seksual yang berupa ciuman, pelukan, dan percumbuan (Jersild, 1978). Miller (1990) berpendapat bahwa terdapat empat tingkatan hubungan fisik dalam bercumbuan, dimana hal ini merupakan rencana alamiah untuk meningkatkan gairah seksual bagi persiapan hubungan seksual yaitu : berpegangan tangan, saling memeluk (tangan di luar baju), berciuman, saling membelai atau meraba (dengan tangan di dalam baju yang lain).
Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, bentuk tingkah laku ini bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku kencan, bercumbu dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri (Wirawan, 1997).
0 komentar:
Posting Komentar